sunakomo: red string au


Gimana kalau ternyata pasangan dari benang merah kita orang yang sama sekali gak terduga? Suna Rintarou, middle blocker Inarizaki, baru saja mengalaminya. Padahal Rintarou tidak pernah berinteraksi dengan orang tersebut, tahu nama lengkapnya saja tidak. Tetapi debaran jantungnya, dengan tidak tahu malu, berusaha meyakinkan otak bahwa pemuda tersebut adalah pasangannya.

Masih membekas di ingatannya, saat di ruang ganti, Atsumu memamerkan fakta bahwa ia telah menemukan pasangan benang merahnya. Rintarou jelas penasaran. Bibirnya melontarkan pertanyaan, “Kok bisa yakin banget dia pasangan lo, Tsum?”

“Duh, pokoknya pasti lo ngerasain, Sun. Waktu ketemu orangnya tuh, jantung lo kayak lagi disko, terus tiba-tiba jadi yakin banget itu pasangan lo! Kayak—apa ya, kalian tuh rasanya udah saling kenal lama banget, padahal baru ketemu. Nah, nanti pasangan lo itu juga ngerasain hal yang sama!” Atsumu, dengan binar menghiasi mata, menjawab.

Ginjima menimpali seraya menahan tawa, “Disko banget nggak, tuh, bahasanya?”

Atsumu balas melotot. “Dih bener, ya! Lo sih, belum ngerasain.”

Kembarannya, Osamu, yang awalnya hanya menyimak, ikut buka suara. “Emang siapa pasangan lo, Tsum?”

“Anak Itachiyama, namanya Sakusa Kiyoomi!” Atsumu tersenyum lebar, nada bicaranya riang. “Nanti gue kenalin, deh!”

Dan di sinilah Rintarou, bersama si kembar Miya dan Gin, berhadapan dengan Sakusa Kiyoomi—yang katanya pasangan Atsumu. Atsumu menggandeng tangan Kiyoomi, lalu memperkenalkan saudara dan temannya.

“Omi, kenalin! Ini kembaran aku, Osamu. Sebelahnya itu temanku, Suna sama Ginjima!”

Ketiga orang yang namanya disebut Atsumu itu mengangguk kepada Kiyoomi, bersiap untuk mengulurkan tangan tanda perkenalan.

Namun, belum sempat Kiyoomi menyapa mereka, suara dengan nada tinggi tiba-tiba ikut campur. “Kiyoomi!! Ayo buruan, Kak Iizuna udah manggil!!”

Atensi lima pemuda di sana jelas langsung menuju sumber suara. Tak terkecuali Rintarou. Netranya menatap tajam lelaki dengan jersey Itachiyama. Bukan tajam dalam artian kesal, tetapi dengan maksud bingung.

Kok jantungnya berdetak gak karuan gini? Rintarou menggigit bibir. Ini siapa? Kendati mereka baru bertemu, kenapa rasanya ia kenal sekali dengan orang ini?

Kiyoomi melepas gandengannya dengan Atsumu. “Maaf Atsumu, aku harus kumpul dulu sama timku. Aku kabarin lagi, ya, kalau sudah selesai. Maaf Osamu, Suna, Ginjima. Nanti kita lanjutin ya, kenalannya.”

Atsumu mengangguk, “Okee! Dadah, Omi!” Osamu dan Gin ikut melambaikan tangan.

Tetapi Rintarou tetap diam di tempat, dengan netra masih menuju pria bersurai cokelat muda. Pemuda tersebut tidak balas menatapnya, tetapi menunggu Kiyoomi kelar berpamitan.

Setelah kiyoomi selesai, ia mengalihkan pandangan. “Ayo Motoya,” ajak Kiyoomi. Pemuda yang dipanggil Motoya itu membalikkan badan, ikuti langkah.

Namun baru beberapa langkah, mendadak ia menoleh ke belakang. dan menabrakkan netranya dengan netra Rintarou. Yang ditatap balik terkesiap. Tanpa sadar, rona merah mulai bertamu kepada kedua pipinya.

Debaran pada jantung Suna Rintarou semakin menggila.

Dan begitu juga pada jantung Komori Motoya.